Selasa, 04 Juni 2013

Upacara Adat Sunda: Si Lengser Dalam Acara Pernikahan



             Si Lengser dalam upacara pernikahan
Kabupaten Cilacap sangat identik dengan adat istiadat jawa, namun di sebagian daerah terutama di dua wilayah kecamatan yaitu Dayeuhluhur dan Wanareja adat sunda masih sering dipakai dalam setiap ada acara,
termasuk dalam acara nikahan. Hal ini tak lepas dari sejarah di masa lalu dimana wilayah Dayeuhluhur sampai Majenang dikuasai oleh kerajaan dari tatar Sunda yaitu Pajajaran dan Galuh. Oleh sebab itu, di kedua wilayah tersebut terutama di wilayah Kecamatan Dayeuhluhur bahasa, adat, dan kebudayaan yang sering dipakai adalah sunda.

Karenanya tidak aneh lagi apabila dalam hal pernikahan Adat sundalah yang sering digunakan, dari mulai acara lamaran, siraman, seserahan, ngeuyeuk seureuh, dan nikahan. Sebelum acara pernikahan dimulai biasanya rombongan pengantin Pria akan disambut oleh Si Lengser yang ditemani oleh mamayang dan ponggawa serta alunan musik degung, yang diberi nama Mapag panganten. Si Lengser sendiri merupakan simbol dari ketua adat atau kokolot yang memandu jalan pengantin menuju pelaminan. 

Pakaian yang dipakai Si Lengser sendiri biasanya berwarna serba hitam, dengan membawa tas anyaman yang terbuat dari daun lontar. Tas ini sendiri berfungsi sebagai tempat untuk membawa peralatan yang dibutuhkan selama prosesi berlangsung, biasanya berupa kemenyan dan tempat membakarnya. Tingkah laku serta dandanan dari Si Lengser ini sendiri bisa membuat gelak tawa, dengan tingkahnya yang lucu sembari komat kamit membacakan mantra. 

Setelah prosesi membakar kemenyan, biasanya dilanjutkan dengan datangnya seorang pembawa payung  untuk memayungi mempelai pria, dilanjutkan iringan ponggawa yang membawa semacam umbul-umbul, dan terakhir yaitu beberapa wanita yang menari sambil melemparkan kembang/kertas dan berjejer disepanjang jalan yang akan dilewati oleh pengantin pria. Barulah setelah itu Si Lengser mempersilahkan rombongan pengantin pria untuk menuju tempat prosesi pernikahan. 

Namun tidak berhenti sampai disini, masih ada rangkaian upacara adat lainnya yang dijalankan setelah ijab kobul diantaranya saweran, nincak endog (menginjak telor), huap lingkung (suapan dari orang tua dan suami istri),  dan pabetot bakakak (saling tarik ayam bakar kampung yang utuh). Kesemua prosesi tersebut mempunyai arti atau makna tersendiri misal saweran mengandung arti berbagi rejeki dan kebahagiaan; nincak endog mengandung arti pengabdian seorang istri kepada suami yang dimulai saat itu juga; suapan mengandung arti sebagai suapan terakhir dari orang tua karena setelah berkeluarga, kedua anak mereka harus mencari sendiri sumber kebutuhan hidup mereka dan juga menandakan bahwa kasih sayang kedua orang tua terhadap anak dan menantu itu sama besarnya.

Mungkin ini hanya sebagian saja dari adat pernikahan yang masih menggunakan adat sunda, tiap daerah di wilayah sunda tentunya tidak semuanya sama, ada juga yang melepas burung merpati atau membakar harupat (lidi dari pohon aren yang terdapat pada ijuk). Nilai-nilai atau makna yang terkandung didalamnyalah yang sepatutnya kita pelajari dan kita jalankan dari setiap proses pernikahan tersebut, agar dalam menjalankan bahtera rumah tangga tidak akan ada halang merintang dan selamanya bahagia. Selain itu sebagai orang sunda atau orang manapun yang mempunyai adat istiadat dari leluhur kita hendaknya terus dijaga agar tidak punah.

Ditulis Oleh : Unknown ~ Sebagai Admin Blog RT6 Cibungur

HarySukaSuka Sobat sedang membaca artikel tentang Upacara Adat Sunda: Si Lengser Dalam Acara Pernikahan. Terima kasih telah berkunjung di Blog RT 6 Cibungur, Saran dan Kritik yang Membangun untuk Perbaikan Content dan Tampilan Blog ini..

1 komentar:

  1. leres pisan urang sunda kedah ngamumule budaya sunda wilujeung tepang baraya ti garut

    BalasHapus