Belum lama ini saya
diberi tugas meliput acara pernikahan kakaknya teman saya. Acara
pernikahan dilakukan memakai adat sunda. Dari awal sampai akhir saya
mengikuti proses acara pernikahan. Saya pun menyempatkan diri mencatat
rangkaian acaranya, bahkan dari mulai pembicaraan orang tua dari pihak
keduanya sampai acara yang dinamakan: muka panto (buka pintu).
Bagi banyak orang Sunda, tahap-tahap proses adat pernikahan wajib
dilakukan. Nah, berhubung yang akan menikah kakaknya teman saya dan saya
jauh hari punya rencana untuk meliputnya, jadi saya mendapat cukup
banyak berbagai proses acara pernikahan khas Sunda yang akan
dilakukan. Berikut ini saya catat proses pernikahan adat sunda, sebelum
dan sesudah pernikahan. Saya juga melengkapinya dengan beberapa
referensi dari internet.
Pertama, tahap Nendeun Omong.
Tahap ini adalah pembicaraan orang tua kedua pihak atau siapapun yang
dipercaya jadi utusan pihak pria yang punya rencana mempersunting
seorang gadis. Orang tua atau sang utusan datang bersilaturahmi dan menyimpan pesan bahwa kelak sang gadis akan dilamar. Sebelumnya
memang orang tua masing-masing sudah membuat kesepakatan untuk
menjodohkan atau laki-laki dan perempuannya sudah sepakat untuk
‘mengikat janji’ dalam suatu ikatan pernikahan, maka selanjutnya orang
tua pria datang sendiri atau menyuruh orang ke rumah sang gadis untuk
menyampaikan niat. Intinya, neundeun omong (titip ucap,
menaruh perkataan atau menyimpan janji) yang menginginkan sang gadis
agar menjadi menantunya. Dalam hal ini, orang tua atau utusan memerlukan
kepandaian berbicara dan berbahasa, penuh keramahan.
Kedua, tahap Lamaran.
Tahap melamar atau meminang ini sebagai tindak lanjut dari tahap
pertama. Proses ini dilakukan orang tua calon pengantin dan keluarga
dekat. Hampir mirip dengan yang pertama, bedanya dalam lamaran, orang
tua laki-laki biasanya mendatangi calon besannya dengan membawa makanan
atau bingkisan seadanya, membawa lamareun sebagai simbol pengikat (pameungkeut), bisa
berupa uang, seperangkat pakaian, semacam cincin pertunangan, sirih
pinang komplit dan lainnya, sebagai tali pengikat kepada calon
pengantin perempuannya. Selanjutnya, kedua pihak mulai membicarakan
waktu dan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahan.
Ketiga, tahap Tunangan.
Tahap ini adalah prosesi ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu dilakukan
penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
Keempat, tahap Seserahan
(3 – 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang,
pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
Kelima, tahap Ngeuyeuk seureuh (opsional, jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah). Tahap ini dilakukan sebagai berikut:
- Dipimpin Pengeuyeuk.
- Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
- Diiringi lagu kidung oleh Pangeuyeuk
- Disawer beras, agar hidup sejahtera.
- dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
- Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
- Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
- Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
Keenam, tahap Membuat Lungkun.
Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu
memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para
tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila
berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
Ketujuh, tahap Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
Kedepalan, tahap Upacara Prosesi Pernikahan:
- Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
- Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
- Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
- Sungkeman,
- Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
- Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
- Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
- Nincak endog (menginjak telur), pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
- Muka Panto (buka pintu). Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.
Sumber : manuskripkesunyian.wordpress.com
Gambar : dari berbagai sumber
Ditulis Oleh : Unknown ~ Sebagai Admin Blog RT6 Cibungur
Sobat sedang membaca artikel tentang Tahap-tahap dan Rangkaian Acara Perkawinan Adat Sunda. Terima kasih telah berkunjung di Blog RT 6 Cibungur, Saran dan Kritik yang Membangun untuk Perbaikan Content dan Tampilan Blog ini..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar